Wayang Untuk Kritik Sosial, Ekonomi, dan Politik

Diposting oleh Achmad Anshori on 09 November, 2014

Achmad Anshori's Trip - Wayang Untuk Kritik Sosial, Ekonomi, dan Politik - Acara Geger-Geger Goro-Goro merupakan kegiatan yang digelar Gunungkidul Art Project mulai 25 Oktober hingga 1 November 2014. Kegiatan diisi dengan pajangan beberapa cerita wayang. Tema yang diangkat yakni sorotan terhadap keadaan sosial, politik, ekonomi, budaya, dan berbagai kondisi yang tengah dialami masyarakat saat ini.

Wayang Untuk Kritik Sosial, Ekonomi, dan Politik

Kondisi tersebut bisa saja merupakan realitas alam atau memang sudah ada yang mengondisikan. Ratusan warga memadati pembukaan pameran Geger-Geger Goro-Goro yang digelar Gunungkidul Art Project di eks Gedung Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan (Dispudbar) Gunungkidul, Sabtu, 25 Oktober 2014 malam. Sembari menunggu pameran dimulai, ratusan warga terdiri dari muda-mudi, anak-anak, hingga orangtua disuguhi wayang berdurasi pendek yang dibawakan Ki Dalang Roni Ahmad Wahyudi dari Gari, Wonosari. Intinya, segala sesuatu yang terjadi pada alam dan manusia, semua berawal dari perbuatan manusia itu sendiri.

Wayang Untuk Kritik Sosial, Ekonomi, dan Politik

Penampilan Roni disambung penampilan grup musik The Bokir Company yang merupakan mahasiswa ISI Jogja jurusan Etnomusikologi. Mereka ingin menunjukkan bahwa kebudayaan kita sendiri harus dikenali sebelum mengenali kebudayaan orang lain. Baik penampilan Roni maupun The Bokir Company mampu menyedot perhatian warga.

Wayang Untuk Kritik Sosial, Ekonomi, dan Politik

Menurut saya, kegiatan yang dibuat tersebut sangat bagus untuk melestarikan kebudayaan warisan leluhur. Ternyata bagus juga kalau dipadukan. Acara seni yang bertajuk kritik sosial, ekonomi, politik serta kondisi para pemuda yang mengalami kemerosotan kepedulian akan kesenian dan budaya sendiri, serta diisi dengan pembagian 2.000 bibit pohon jati putih kepada penonton.

Wayang Untuk Kritik Sosial, Ekonomi, dan Politik

Mereka mengangkat wayang, tujuannya untuk menghargai dan mencintai budaya wayang khususnya bagi para pemuda. Diantaranya kegiatan mural atau melukis di dinding, Workshop Sungging Wayang Punakawan, Workshop Wayang Sada, pemutaran film nusantara dan diskusi bedah wayang, sarasehan budaya, dan penutup. Mereka juga bekerjasama dengan Pepadi Gunungkidul, ISI Yogyakarta, dan sanggar serta kelompok seni lainnya.

Wayang Untuk Kritik Sosial, Ekonomi, dan Politik

Dana yang digunakan untuk menggarap acara tersebut berasal dari swadaya anggota dan donatur yang jumlah totalnya mencapai sekitar Rp6.000.000,00.

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar